6 Mei 2015
Hari ini saya sedih sekali..kalo dipasang level mungkin ngelebih level kripik maicih yang plg tinggi sekalipun..tapi dari pengalaman hari ini saya mengerti beberapa hal tentang saya. Pagi ini saya mendapat info bahwa akan ada mobil Taspen datang ke sebelah kantor saya, berhubung saya bermata pencaharian sebagai seorang pegawai negeri sipil, saya merasa harus membuat Taspen. Tabungan Pensiun ini bagi seorang PNS sepertinya hal yang cukup penting. Seseorang bisa memutuskan ingin menjadi PNS yang katanya pensiunannya terjamin, yak sodara sodara sekalian si Taspen ini lah asal muasalnya.
Sejak pukul 10.00 saya sudah siap menjemput kedatangan si mobil Taspen ini, tapi harapan tinggal harapan, si mobil muncul pukul 11.30, oke ngaret is the art of our country.. Saya masih bersabar dan tetap gegap gempita walau antrian luar biasa, berdiri dibawah terik matahari, hal yg jarang saya lakukan tapi namanya juga demi kan.. Antrian maju sangat lambat, matahari makin panas, kaki saya mulai pegal, akhirnya setelah penantian 2 jam, masuklah saya ke dalam mobil. Mobil cukup adem, lumayan buat saya ngadem setelah 2 jam menunggu. Yang membuat saya kecewa, petugas yang melayani kami 2 orang ibu2 dan 1 org bapak yang saya pikir, maaf, siap pensiun alias tua. Bukan kecewa karena tuanya, tapi karena pelayanannya. Segala pertanyaan saya terjawab sudah mengapa antrian panjang. Bisa dibilang semua petugas tergolong cukup gaptek, sembari menunggu saya mendengar beberapa percakapan yang intinya adalah mereka tidak cukup mengerti dalam pengoperasian sistem. Oke capek deh, tiba giliran saya dilayani, si ibu petugas berkata "neng, kita istirahat, taruh aja berkasnya, tar kita kerjain, jam 3 bisa diambil" Saya tidak bisa memaksa dan akhirnya meninggalkan mobil. Tepat pukul 3 saya menuju lokasi mobil Taspen, antrian tetap panjang, bahkan kami yang niat hanya ambil Taspen tetap harus antri. 30 menit saya antri, tidak ada perubahan sama sekali, hingga saya bertanya pada mas sebelah saya. Dia sudah memasukkan berkas dari kemarin hingga kini juga belum jadi, bagaimana nasib saya. Alhasil saya memaksakan diri bertanya ke petugas dan sesuai dugaan kami diminta mengambil secara kolektif bersama yang lain..saya merasa dirugikan, saya berkorban waktu, berkorban kepanasan, tp hasilnya nihil, hidup Taspen.
Setelah itu saya langsung kembali ke kantor, pekerjaan saya terbengkalai, Taspen pun lepas. Saya lelah. Tiba tiba, atasan saya datang ke meja dan berkata ada kesalahan fatal terkait hal yang pernah saya kerjakan. Saat itu juga saya merasa syok dan merasa lemes. Padahal berjam2 antri tidak berefek pada saya, namun satu kata saja mampu membuat saya lemas. Kefatalan saya dapat merugikan banyak orang lain.. Butuh waktu lama untu menenangkan diri saya yang rapuh ini.. Tapi nasi sudah menjadi bubur, saya harus menghadapi segalanya.
Hikmah yang bisa saya petik dari kejadian hari ini
1. Saya tipe orang yang tidak suka merugikan orang lain. Jika disuruh memilih saya memilih dirugikan saja
2. Tidak ada yang menyenangkan dari kata rugi, tapi rugi adalah masalah kerap terjadi, yang penting adalah bagaimana kita menghadapi masalah itu
3. Tetap berusaha sebaik mungkin sehingga tidak menyulitkan orang lain
Semoga kita selalu memberikan keuntungan untuk orang lain dan diberkahi pula keuntungan untuk diri kita..